Tulisan blog ini hanya perjalanan hidup...ambil manfaatnya saja..

  • Jalin silaturahmi memperlancar rejeki

  • Kerjasama adalah kunci kesuksesan

  • Pilihan terbaik dari hati nurani

  • Kuasai teknologi, dunia dalam genggaman

  • Hidup dibuat mudah

Koneksi Antar Materi 2.1 Kebutuhan Belajar Murid



apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana hal ini dapat dilakukan di kelas?

Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaiakan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi di Kelas

  • Menentukan tujuan pembelajaran
  • Melakukan asesmen diagnostic (awal) melipuit kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid
  • Hasil asesmen diagnostic (awal) digunakan sebagai bahan untuk melakukan pemetaan murid berdasarkan 3 aspek yaitu kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid.
  • Menganalisis strategi pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran (diferensiasi konten, proses, atau produk)
  • Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi
  • Mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi di kelas
  • Melakukan asesmen baik formatif maupun sumatif sesuai dengan tujuan pembelajaran

Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal?

Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan murid dengan cara berikut ini:

  • Guru melakukan pemetaan berdasarkan 3 aspek yaitu kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar
  • Guru memilih 3 strategi pembelajaran berdiferensiasi yaitu diferensiasi konten, proses dan produk

Alasan mengapa pembelajaran berdiferensiasi dapat mengoptimalkan pembelajaran diantaranya :

  • Pembelajaran berdiferensiasi bersifat proaktif
  • Pembelajaran berdiferensiasi lebih bersifat kualitatif dari pada kuantitatif
  • Berakar pada penilaian
  • Menggunakan berbagai pendekatan terhadap konten, proses dan produk
  • Berpusat pada murid
  • Pembelajaran berdiferensiasi merupakan perpaduan dari pembelajarn seluruh kelas, kelompok dan individual
  • Bersifat organic dan dinamis

 

Bagaimana koneksi antar materi antara pembelajaran berdiferensiasi dengan modul lainnya yang pernah dipelajarai sebelumnya?

  1. Koneksi antar materi dengan modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara; Berdasarkan pemikiran KHD Pendidikan adalah menuntun anak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dengan berpihak pada anak sesuai dengan perkembangan minat, bakat dan potensi anak. Hal ini sangat berkaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi yang mempunyai tujuan memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid sesuai dengan kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid. Pembelajaran berdiferensiasi bisa mewujudkan Merdeka Belajar sesuai pemikiran KHD.
  2. Koneksi antar materi dengan modul 1.2 Peran Guru Penggerak; Dalam mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi guru penggerak harus memilik nilai dan peran guru penggerak. Nilai guru penggerak yaitu : mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, berpihak pada murid. Peran guru penggerak meliputi menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid.
  3. Koneksi antar materi dengan modul 1.3 Visi Guru Penggerak; Pembelajaran berdiferensiasi sudah sesuai dengan visi guru penggerak untuk mewujudkan Merdeka belajar yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Hal ini terlihat dalam pembelajaran berdiferensiasi disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar, minat belajar dan profil pelajar murid.
  4. Koneksi antar materi dengan modul 1.4 Budaya Positif; Budaya positif adalah perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Untuk mewujudkan pembelajaran diferensiasi perlu dukungan lingkungan belajar positif yang dibangun dari penerapan budaya positif.
Share:

Koneksi Antar Materi Modul 1.4 Budaya Positif


Keterkaitan antar materi

Keterkaitan antar materi dari modul berikutnya yaitu

filosofi KHD

dengan menjalankan budaya positif di sekolah maka akan mempermudah dalam tercapainya tujuan pendidikan nasional sesuai dengan filosofi ki hajar dewantara yaitu pendidikan yang menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan zaman.

Nilai dan Peran Guru Penggerak

Budaya positif dapat terwujud jika seorang guru memiliki 5 Nilai Guru Penggerak diantaranya: Berpihak pada murid, Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, dan Inovatif. selain itu, guru harus menggerakan budaya positif yang ada di lingkungannya.

Visi dan Paradigma

Salah satu visi guru penggerak adalah terciptanya budaya positif di lingkungan sekolah sehingga tercipta sekolah yang aman, nyaman dan berpihak pada murid sesuai filosofi ki hajar Dewantara dan profil pelajar pancasila

 

Refleksi

1. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

saya telah memahami konsep inti modul 1.4 tentang budaya positif. Saya akan aplikasikan di lingkungan sekolah saya, serta saya imbaskan kepada guru lain. hal menarik di luar dugaan yaitu adanya keterkaitan langsung antara budaya positif dengan psikologis murid maupun sikap murid.

2. Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Setelah memperlajari tentang modul 1.4 tentang budaya positif saya merasa senang dengan karena mendapatkan ilmu baru yang bisa saya terapkan disekolah. dalam penerapan budaya positif tentu perlu adanya perubahan pemahaman dari tidak tahu menjadi tahu. perubahan yang saya rasakan dan akan saya terapkan adalah bagaimana budaya itu harus timbul dari pelaku budaya tersebut tanpa ada paksaan dari luar. dengan adanya kesadaran akan budaya positif maka pelaku akan merasa bertanggung jawab dengan segala yang ditindakan sehingga melahirkan nilai-nilai kebajikan dalam dirinya. dan saya juga menyadari dalam penerapan sebagai posisi kontrol dalam menangani masalah murid kurang tepat.

 

3. Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

Pengalaman yang pernah saya alami adalah saya pernah menangani siswa yang acuh terhadap bapak/ibu guru di kelas menggunakan segitiga restitusi, yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan.

 

4. Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?

saya merasa senang karena saya dapat menerapkan pembuatan keyakinan kelas dan menerapkan segitiga restitusi dalam menangani persoalan dan murid menjadi belajar dari kesalahan yang telah dilakukan. 

 

5. Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?

hal yang sudah baik menurut saya adalah setelah melakukan pendampingan dengan segitiga restitusi, murid menyadari akan kesalahan yang dibuat sehingga muncul rasa tanggung jawab. Hal yang perlu diperbaiki adalah dalam menghadapi kesalahan murid kita harus diposisi sebagai manajer.

 

6. Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini,  posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya? 

Sebelum mempelajari modul ini ketika berinteraksi dengan murid posisi saya sebagai penghukum. pada saat itu, saya selalu memberikan hukum setiap perbuatan salah dengan hukuman fisik antara lain : push up, sit up, back up, berdiri didepan kelas. namun setelah mempelajari modul 1.4 budaya positif, dalam menangani masalah saya mulai menerapkan posisi sebagai manajer. perasaan saya sangat senang sekali bisa menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri murid.

 

7. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?

Saya pernah menerapkan segitiga restitusi sebelum mempelajari modul ini yaitu pada tahap menstabilkan identitas dan memvalidasi tindakan yang salah. ada kasus tentang perkelahian oleh dito dan amir. bermula ketika amir tidak membawa buku pelajaran matematika. Amir mengambil buku matematika dito tanpa meminjam terlebih dahulu. Dito bingung mencari buku matematika karena dito merasa sudah memasukkan ke tas tadi pagi. setelah dicari ternyata yang mengambil adalah amir. seketika dito emosi dan berusaha memukul amir. teman-teman satu kelas ribut dan mencoba untuk merelai keduanya. singkat cerita saya bawa dito ke kantor TU, pak Alam membawa Amir ke ruang BK. saya coba menenangkan dito dengan memberikan air minum. setelah tenang saya coba bertanya keadaan dito 

pak antok : bagaiamana dito adakah yang terluka atau rusak barangnya. 

dito : tidak ada yang terluka maupun rusak pak”

pak antok : alhamdulillah!! coba mas dito ceritakan kronologi kejadiannya, pak antok ingin tahu?

dito : saya sangat emosi pak karena amir mengambil buku matematika saya tanpa bilang terlebih dahulu

pak antok : oww pantas kamu emosi ya to, saya kalau jadi kamu juga akan emosi itu. sekarang tenangkan pikiranmu nanti saya ketemukan dengan amir untuk klarifikasi masalahnya ya.

dito : iya pak, tapi saya sangat marah sekali sama amir pak

pak antok : sudah..sudah dia juga teman kamu, sama teman saling memaafkan ya.

 

8. Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

menurut saya hal yang penting dalam menciptakan budaya positif di sekolah adalah bekerjasama dengan rekan guru, murid, orang tua murid dan pemangku kebijakan sehingga tercipta budaya positif yang berkelanjutan.

 

Rancangan Tindakan untuk Aksi Nyata


 

 

 




Share:

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 TENTANG VISI GURU PENGGERAK

Pada koneksi materi modul 1.3 tentang visi guru penggerak saya mencoba memahami kaitan mewujudkan visi guru penggerak sesuai dengan nilai dan peran guru penggerak yang sejalan dengan  filosofi pendidikan menurut Ki Hajar untuk  mewujudkan profil pelajar pancasila dengan pendekatan inkuiri apresiatif.

Visi merupakan harapan dan doa. dalam membuat visi harus sejalan dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun anak sesuai kodrat alam dan kodrat zaman sehingga mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses yang digunakan untuk menuntun murid dengan menurut Ki Hajar Dewantara ada 3 yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani. Dalam penyusunan visi harus disesuaikan dengan kebutuhan murid sehingga sesuai dengan kodrat alam dan zaman.

Guru penggerak merupakan salah satu program untuk mencetak pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran harus mempunyai visi yang berpihak murid dan selaras dengan profil pelajar pancasila. Untuk mewujudkan visi guru penggerak harus mempunyai nilai-nilai guru yaitu berpihak pada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif dan inovatif. Tidak hanya nilai tetapi juga peran aktif sebagai guru penggerak yaitu menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, pendorong kolaborasi, dan menggerakkan komunitas praktisi.

Dalam mewujudkan visi juga perlu adanya pendekatan untuk memprakarsai perubahan. Inkuiri Apresiatif salah satu pendekatan untuk mewujudkan visi. Metode Inkuiri apresiatif merupakan landasan berpikir tentang perubahan yang berfokus pada upaya kolaboratif (kooperatif dan ko-evolusi) untuk menemukan hal hal terbaik (positif) dalam diri seseorang, organisasi, dan lingkungan sekitar. Dalam proses mewujudkan Prakarsa perubahan memerlukan alat bantu yang bisa digunakan untuk mengelola apapun yang diperlukan yaitu dengan tahapan BAGJA. Berikut tahapan BAGJA:

  1. Buat Pertanyaan
  2. Ambil pelajaran
  3. Gali mimpi
  4. Jabarkan Rencana
  5. Atur eksekusi

Revisi dan rumuskan dengna penuh keyakinan, visi yang telah bapak/ibu buat berdasarkan jawaban pertanyaan di atas, ke dalam sebuah VISI yang membuat bapak/ibu bersemangat ketika membacanya dan menggerakkan hati setiap orang yang membacanya!

VISI Saya sebelumnya

Mencetak Generasi Emas yang Beriman, Berkarakter, Gotong royong, Kreatif dan Inovatif sebagai pelajar Pancasila”.

 VISI REVISI

“Menjadi Pemimpin Pembelajaran Yang Berkarakter, Kolaboratif, Kreatif Dan Inovatif Sehingga Bisa Memotivasi Dan Menginspirasi Guru Lain Maupun Murid”.

Share:

DEMONSTRAKSI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 TENTANG VISI GURU PENGGERAK


Perubahan adalah proses dimana kita memiliki kesempatan untuk belajar. Dalam proses tersebut kadang kita merasa mudah kadang kita merasa sulit. Landasan yang digunakan untuk perubahan dengan metode Inkuiri apresiatif. Metode Inkuiri apresiatif merupakan landasan berpikir tentang perubahan yang berfokus pada upaya kolaboratif (kooperatif dan ko-evolusi) untuk menemukan hal hal terbaik (positif) dalam diri seseorang, organisasi, dan lingkungan sekitar.


Ki Hajar Dewantara memprakarsai perubahan dengan asas TRIKON yaitu:

  1. Kontinue artinya perubahan harus dilakukan secara berkesinambungan dan berpikir untuk perubahan dimasa depan.
  2. Konvergen artinya perubahan merupakan penyamaan visi sehingga bisa saling bekerja sama untuk menuju ke titik temu/ visi.
  3. Konsetris artinya walaupun terdiri dari berbagai latar belakang, kultur, karakteristik tetapi bisa berdampingan bersama untuk mewujudkan perubahan.
Dalam proses mewujudkan Prakarsa perubahan memerlukan alat bantu yang bisa digunakan untuk mengelola apapun yang diperlukan yaitu dengan tahapan BAGJA. Berikut tahapan BAGJA:

1.       Buat Pertanyaan

2.       Ambil pelajaran

3.       Gali mimpi

4.       Jabarkan Rencana

5.       Atur eksekusi

Tugas modul 1.3 adalah membuat visi sebagai guru penggerak yang dijabarkan dalam tahapan BAGJA. Visi merupakan pandangan/ tujuan apa yang ingin dicapai oleh seseorang, organisasi dll. Visi juga merupakan harapan dan doa untuk bisa memberi semangat, menguatkan, menggerakan hati untuk berkolaborasi untuk kita terus melangkah maju. Rumusan Visi saya adalah “Menjadi pemimpin pembelajaran yang berkarakter, kolaboratif, kreatif dan inovatif sehingga bisa memotivasi dan menginspirasi guru lain maupun murid”. Dari visi saya membuat prakarsa perubahan yaitu mengembangkan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa gotong royong anak.

Berikut tahapan BAGJA tentang prakarsa perubahan saya:

1. Buat pertanyaan

2. Ambil pelajaran









3.  Gali mimpi

4. Jabarkan Rencana









5. Atur eksekusi


Mari bersama-sama kita wujudkan visi ini untuk membangun masa depan Indonesia yang lebih gemilang!

Share:

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK

 Tugas jurnal refleksi dwi mingguan modul 1.3 kali ini saya akan menulis tentang visi sebagai guru penggerak. Jurnal refleksi dwi mingguan ini ditulis berdasarkan kegiatan yang telah diikuti selama dua minggu mempelajarai modul 1.3 tentang visi guru penggerak dengan menyelesai aktivitas pembelajaran antara lain : mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, koneksi antar materi dan aksi nyata.

Jurnal dwi mingguan ini ditulis untuk melengkapi tugas pada modul 1.3 bahwa saya/CGP telah menyelesaikan pembelajaran di modul 1.3 tentang visi guru penggerak.

Penulisan jurnal dwi mingguan ini menggunakan konsep yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway  yaitu 4F ( 1. Fact; 2. Feeling; 3. Findings; and 4. Future) dapat diterjemahkan menjadi 4P (1. Peristiwa; 2. Perasaan; 3. Pembelajaran; dan 4. Penerapan).

1.    Facts (Peristiwa)

Sesudah mempelajari modul 1.1 tentang filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara Dalam dan mdoul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak dan sekarang saya sudah mempelajari modul 1.3 tentang visi guru penggerak. Pembelajaran yang dilakukan di LMS menggunakan alur yang sama, baik pembelajaran modul sebelumnya maupun yang akan datang yaitu menggunakan alur MERDEKA. Berikut ini alur pembelajarannya:

a.       Mulai dari diri

Saya mempelajari modul 1.3 dimulai dengan membuka tautan mulai dari diri. Terdapat tugas yang sudah menantik yaitu membuat gambaran murid di masa depan. Disini saya membuat poster tentang murid impian saya yaitu memiliki nilai Kreatif dan inovatif, berkolaborasi tugas kelompok, beradab, dan beriman dan bertakwa.

b.       Eksplorasi Konsep

Pada alur eksplorasi konsep saya belajar tentang Inkuiri Apresiatif, pembuatan visi, tahapan ATAP dan tahapan BAGJA. Terdapat hal sangat menarik yang saya peroleh yaitu ketika ditugaskan berlatih untuk membuat alur tahapan BAGJA untuk mewujudkan prakarsa perubahan yang akan dilakukan. Pada tahap ini saya menyusun prakarsa perubahan dari visi yang telah saya buat yaitu Mencetak Generasi Emas yang Beriman, Berkarakter, Gotong royong, Kreatif dan Inovatif sebagai pelajar Pancasila.

c.       Ruang Kolaborasi

Ruang kolaborasi adalah yang saya tunggu karena saya bisa bertemu dengan teman satu kelas, Bapak Ajik selaku fasilitator dan ibu Indhah sebagai Pengajar Praktik walaupun hanya secara virtual.  Pada kesempatan ini kami dibuat 2 kelompok untuk merumuskan visi bersama yang mewakili visi seluruh anggota kelompok. Kami berbagi tugas mulai dari pembuatan bahan presentasi dan saat presentasi. Saat presentasi hasil kelompok kami selalu memberikan apresiasi yang positif, kritik maupun saran yang membangun.

d.       Demosntrasi Kontekstual.

Pada Demonstrasi Kontekstual kali ini, adda tugas untuk membuat rancangan tindakan perubahan berdasarkan tahapan B-A-G-J-A untuk mulai melakukan perubahan pada diri sendiri sehingga semakin berdaya dalam berpihak pada murid. Saya menemukan potensi dan kekuatan yang dapat membawa manfaat untuk murid.

e.       Elaborasi pemahaman

Pada tahap elaborasi pemahaman sebagai narasumber adalah ibu anggi. Beliau menjelaskan tentang pembuatan visi, Inkuiri apresiatif, paradigma perubahan, ATAP dan BAGJA. Dalam penyampaian materi ibu anggi memutarkan sebuah video sebagai pemantik materi sehingga mudah dalam penyampaian maupun pengimplementasian materi.

f.        Koneksi antar materi

Pada koneksi antar materi ada pertanyaan yaitu Apa yang Bapak/Ibu pahami mengenai kaitan peran pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada murid-muridnya dengan paradigma inkuiri apresiatif (IA) di sekolah Bapak/Ibu?
Jawaban digunakan untuk merumuskan visi saya sebagai guru penggerak.

g.       Aksi nyata

Pada aksi nyata saya akan membaut video dan jurnal yang ditulis di website portofolio.

h.       Lokakarya 1

Pada hari Sabtu tanggal 20 Juli di SMP N 1 Bantul di adakan Lokakarya 1 dimana tema kali ini yaitu komunitas praktisi. Loka kali ini dalam satu kelas ada 3 kelompok CGP dengan 3 pendamping. Pada loka 1 diawali dengan perkenalan tetapi dikonsep menjadi permaian koboy-koboyan setelah perkenalan dilanjut dengan pertanyaan pemantik tentang materi  dan dilanjut materi. Ditengah kegiatan juga selalu disisipkan permainan yang sangat menghibur sehingga sampai sore saya tidak merasa jenuh belajar maupun lelah. Banyak sekali permainan dan ilmu yang sangat bermanfaat terkait dengan komunitas praktisi pada lokakarya 1.

2.    Feeling (Perasaan)

Setelah mempelajari modul 1.3 tentang visi guru penggerak saya merasa antusias, semangat, senang dan tertantang. Saya sangat antusias karena mempelajari hal baru yang belum pernah saya pelajari maupun lakukan tentang pembuatan visi guru penggerak yang membuat saya lebih semangat menjalani sebagai guru penggerak. Saya jadi tahu tentang inkuiri apresiatif, prakarsa perubahan, ATAP dan BAGJA.

Dengan kesempatan bisa mempelajari modul 1.3 tentang visi guru penggerak saya sangat tertantang karena tidak semua orang bisa berkesempatan untuk mempelajari modul ini dan bagaimana saya bisa menyelesaikan tugas yang ada dimodul 1.3 sesuai dengan dateline yang telah disepakati disela kesibukan saya.

3.    Findings (Pembelajaran)

Pembelajaran di modul 1.3 tentang guru penggerak saya menemukan materi tentang

a.        Inquiri Apresiatif yaitu pendekatan manajemen perubahan dengan metode kolaboratif dan berbasis kekuatan. IA adalah merubah mindset seseorang sehingga bisa memandang sesuatu secara positif. Untuk mewujudkan itu perlu adanya Trikon yaitu kontinue, konvergen, dan konsentris.

b.       Prakarsa perubahan bahwa untuk mewujudkan perlu menggunakan alat bantu yang bisa disingkat ATAP ( Aset, Tantangan, Aksi, Pembelajaran). Gali semua kelebihan dan kurangan yang diperlukan untuk menaklukan Tantangan dalam prakarsa perubahan yang akan kita lakukan berupa tabel.

c.       Saya juga mempelajari tentang komponen yang digunakan untuk mewujudkan visi perubahan yaitu BAGJA

·      Buat pertanyaan

·      Ambil pelajaran

·      Gali mimpi

·      Jabarkan rencana

·      Atur eksekusi

 

4.    Future (Penerapan)

Penerapan yang bisa lakukan pada modul 1.3 yaitu

a.       Ikut merumuskan visi sekolah bersama teman sejawat dan kepala sekolah sehingga visi bisa berpihak pada murid

b.       Menjadi bagian dari prakarsa perubahan dengan membuat program maupun pembiasaan pembelajaran yang sesuai dengan nilai profil pelajar pancasila sehingga berpihak kepada murid.

c.       Saya akan memsosialisasikan tentang paradigma inkuiri apresiatif, penggunaan ATAP untuk memprakarsai perubahan dan penggunaan BAGJA untuk mewujudkan sebuah visi.

Share:

Label

Total Tayangan Halaman

Recent Posts

Pengikut

Pengunjung Online